31 Mar 2021 |
|
Kikie Nurcholik – VP Komunitas Printing Indonesia (KOPI) Bid Organisasi dan Pendidikan Dalam sebuah seminar, seorang Doktor yang sangat pakar tentang otak, kecerdasan, dan kreativitas, beliau mengajukan pertanyaan yang menarik, yang cukup menggugah saya untuk meragukan efektivitas pendidikan formal : “Seandainya Anda adalah seorang Dewa Pendidikan, yang berkuasa atas bagaimana sekolah-sekolah menyusun kurikulumnya, mana yang akan diajarkan terlebih dahulu? A. Berbagai pelajaran sekolah yang penting bagi kehidupan, seperti matematika, ekonomi, dll, atau B. Bagaimana cara belajar dan menggunakan otak kita agar mampu menyerap berbagai proses belajar?” Bagi saya secara logis, jawaban yang benar adalah B dahulu baru A. Namun Doktor tersebut juga mengatakan bahwa sebagian besar kurikulum pendidikan formal di dunia, tidak terlebih dahulu mengajarkan cara menggunakan perangkat keras utama kita yaitu otak, malah cenderung langsung memberikan berbagai pelajaran, dari mulai yang bersifat hafalan hingga yang menggunakan logika. Saya setuju dengan pendekatan bahwa kita perlu belajar bagaimana cara ... belajar dahulu, sebelum kita belajar tentang berbagai mata pelajaran. Demikian pula dalam bekerja, bila yang dituju adalah efektivitas, efisiensi dan produktivitas, maka penting untuk mempelajari dahulu bagaimana cara dan sistem bekerja yang baik, sebelum mempelajari bidang pekerjaan kita sesuai deskripsi kerjanya. Untuk itu, saya pun lantas mengumpulkan berbagai tips dan pengalaman dari berbagai pakar produktivitas, dan saya bereksperimen dengan berbagai sistem bekerja. Terus terang, sebagian metode terasa terlalu rumit. Saya suka sistem yang sederhana tapi ampuh. Dan dari pengalaman tersebut, berikut saya sajikan beberapa hal yang saya praktekkan, dan mampu melesatkan produktivitas saya. Tanpa saya menjadi super sibuk. Keampuhan Tulis Tangan Di tengah era serba teknologi ini, saya mengalami bahwa ternyata kembali memanfaatkan menulis tangan membantu saya untuk memisahkan berbagai distraksi elektronik, dan justru bisa memfokuskan energi dan perhatian lebih baik. Sebutlah sistem ini sebagai “sistem pena dan notes”. Bilamana Anda akan menggunakan sistem ini, pena dan notes tersebut akan digunakan untuk 3 buah kegiatan: 1. Menangkap Ide Bawalah pena dan notes ini kemana pun kita pergi, setiap saat. Berbagai ide cemerlang serta bermacam hal penting yang sering terlupakan, biasanya muncul di pikiran secara tak terduga, sekilas, dan sepintas. dengan ini kita bisa menangkapnya dengan segera dan tidak harus mengandalkan otak untuk mengingat-ingatnya kembali. 2. Membuat Daftar Tugas – Lengkap Segera ketika tiba di rumah/kantor, pindahkan berbagai tugas dan ide yang perlu kita tindaklanjuti ke sebuah daftar besar, katakanlah namanya “Daftar Tugas – Lengkap”. (jangan sekali-kali bekerja langsung berdasarkan daftar ini kalau Anda tidak ingin terjebak jadi “Produktif Super Sibuk”) 3. Membuat Daftar Tugas – Harian Setiap hari, tuliskan TUGAS TERPENTING hari ini. Cukup 1-3 tugas saja yang kita ambil dari Daftar Tugas – Lengkap. Daftar baru yang berisi 3 TT (Tugas Terpenting) ini kita sebut “Daftar Tugas – Harian”. Bagaimana menentukan mana 1-3 Tugas Terpenting? Pilih berdasarkan mana yang paling mempengaruhi produktivitas, kepuasan hati, dan kebahagiaan kita secara signifikan. Bila dalam satu hari kita berhasil menyelesaikan 1-3 tugas ini, tentu waktu luang sisanya bisa kita gunakan untuk menikmati hidup, atau melanjutkan tugas terpenting selanjutnya yang ada dalam Daftar Tugas – Lengkap Pengaruh Kepribadian dan Kebiasaan Dalam kehidupan, kita menemukan berbagai pola perilaku kerja yang dekat sekali dengan kepribadian individu yang bersangkutan. Biasanya individu yang hidup serba terencana, detail, dan menulis segalanya, biasanya sangat produktif, tetapi juga sangat sibuk. Di satu sisi mereka menghasilkan banyak uang, tetapi di sisi lain sangat kekurangan waktu luang dan kebebasan. Sedangkan Individu yang hidup serba mengalir, tanpa rencana, dan tak menulis tugas terpentingnya, biasanya sangat menikmati hidup. Mereka tidak sibuk karena punya banyak waktu luang dan kebebasan, tetapi tidak jarang menjadi kurang produktif dalam menciptakan nilai, nafkah, dan makna hidup. Bagi saya pribadi, sistem ini memberikan keseimbangan antara kebutuhan saya untuk menghasilkan uang, waktu luang, dan kebebasan. Sistem yang tetap produktif, tanpa harus jadi super sibuk. Tentunya saran-saran di sini tidak selalu sesuai dengan setiap profesi dan bidang pekerjaan. Saya bukan penganut perubahan besar dan ekstrem. Menghargai Produktivitas, Bukan Kesibukan Saya teringat bagaimana di masyarakat, produktivitas dan kesuksesan seseorang sering sekali dinilai berdasarkan seberapa sibuk dia bekerja. Saya mendambakan, demi kesehatan kita bersama, kita bisa melonggarkan apresiasi berlebih terhadap kesibukan dan mulai lebih memperhatikan produktivitas serta keselarasan hidup, agar pribadi kita lebih produktif. Selengkapnya terdapat pada majalah cetak dan digital INDONESIA PRINT MEDIA edsi 99 Maret-April 2021. Info : WA 0811808282 |