11 Sep 2021 |
|
Oleh : Kikie Nurcholik (Ketua I – Komunitas Printing Indonesia) COVID-19 memiliki dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya secara global, dilansir dari WHO tercatat pertanggal 23 Agustus 2021 lebih dari 212 juta kasus orang yang terinfeksi dan 4 juta kasus kematian yang diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2 ini. Masyarakat diseluruh dunia dituntut untuk lebih adaptif dan inovatif dalam menghadapi kondisi pandemi seperti ini. Perubahan gaya hidup dan interaksi antar masyarakat sangat dirasakan. Oleh karena itu muncul terobosan-terobosan baru baik dari bidang kesehatan, industri, bahkan produk sehari-hari untuk menunjang gaya hidup sehat dan higienis. Disinilah peran Teknologi percetakan 3D dapat dioptimalkan sebagai inovasi pembuatan berbagai produk tersebut. Bebagai inovasi dan kontribusi di bidang kesehatan telah ... dimungkinkan dengan pemanfaatan teknologi pencetakan 3D dalam pembuatannya. Kontribusi tersebut diantaranya mencetak APD, peralatan medis, bangsal isolasi, asesoris pribadi dan berbagai alat penunjang kehidupan sehari hari. Pemilihan Teknologi ini sebagai penunjang dalam dunia percetakan dianggap tepat karena fleksibilitasnya dalam desain struktural, minimalisasi limbah, kustomisasi massal, dan manufaktur arsitektur yang kompleks. Revolusi pencetakan 3D muncul pada 1980-an, mencetak berbagai objek dengan metode bottom-up dengan proses fabrikasi struktur 3D yang dikontrol secara digital secara lapis demi lapis. Komponen yang akan dicetak pada awalnya dirancang menggunakan perangkat lunak Computer-Aided Design (CAD) atau dengan fotogrametri (kombinasi gambar dari posisi berbeda) dan dicetak langsung dari file STL (file yang menyimpan informasi tentang model 3D). format file asli perangkat lunak CAD stereolitografi yang dibuat oleh Sistem 3D. File-file ini mudah diakses melalui situs web atau situs komunitas tertentu. File STL ini menjalani proses pemotongan, diubah menjadi file kode-G yang berisi informasi geometris tentang struktur, dan akhirnya mengarahkan printer untuk mulai mencetak lapisan 2D di atas satu sama lain untuk membuat struktur 3D. Ada berbagai jenis teknik pencetakan berdasarkan bahan yang dapat dicetak seperti logam, termoplastik, komposit berbasis karbon, keramik, kompleksitas struktur cetak, pendekatan hemat biaya, dan aplikasi yang ditargetkan. Berbagai teknik pencetakan 3D meliputi : Fused deposition modeling (FDM) - filamen dilebur dan diekstrusi melalui nosel berlapis-lapis yang ditumpuk untuk membentuk struktur 3D; Stereolithography (SLA) - menggunakan sinar UV untuk fokus pada film tipis resin photopolymer untuk memadatkannya menjadi struktur cetak 3D; Selective laser sintering (SLS) - bahan tepung dilebur oleh sumber panas menjadi lapisan padat struktur, dan Teknologi Polyjet - menggunakan teknik photocuring. Salah satu produk cetak 3D yang berperan untuk memproduksi alat pelindung diri, penghalang fisik pertama melawan virus. produk tersebut meliputi : masker wajah, pelindung wajah, kacamata pelindung, dan juga masker cetak 3D yang dipersonalisasi. Sebagai contoh, selama gelombang COVID-19 pertama, Prusa, produsen terkenal di Republik Ceko Fused Deposition Modeling (FDM), mencetak hampir 200.000 pelindung wajah untuk petugas medis dan profesional. Sebuah perusahaan yang berbasis di Kanada bernama Next Generation Manufacturing Canada (NGen) menginvestasikan lebih dari $21 juta di perusahaan manufaktur untuk memproduksi pelindung wajah, ventilator, dan alat uji. Quality improvement pada masker N95 dan KN95, Bagian dari masker N95 dan KN95 juga dicetak 3D untuk menggantikan pita yang putus atau rusak, memastikan masa pakai masker yang lebih lama. Mengikuti spesifikasi peraturan dan keselamatan, CERN, Organisasi Riset Nuklir Eropa, merancang masker fleksibel dan dapat dicuci dengan cetakan 3D dengan filter yang dapat diganti. Medical equipment manufacturing, Aksesori medis cetak 3D, seperti .... (KN) Selengkapnya terdapat pada majalah cetak & digital INDONESIA PRINT MEDIA edisi 102 Sept-Okt 2021 info : WA 0811808282 |