16 Apr 2022 |
|
Oleh : Alfred Satyahadi Corporate Development BPPI, Pengurus Bid Teknologi Kemasan KOPI dan Redaksi Print Media Indonesia ALUMINIUM FOIL Aluminium terbuat dari bauksit (Bauxite), sejenis endapan bijih besi yang mengandung Aluminium Oxide (alumina) dan Silikat (silicates). Bauksit kebanyakan berasal dari Amerika bagian Utara, Australia dan Eropa bagian Utara. Empat kilogram Bauksit dapat digunakan untuk memproduksi sekitar 2 (dua) kilogram Aluminium Oxide (alumina), dengan konsumsi sekitar 8 (delapan) kilowatt listrik, dapat menghasilkan 1 (satu) kilogram aluminium murni atau aluminium alloy. Aluminium murni (alloy) sangat lembut, bersih, berwarna putih agak keperakan (silvery white), dan perbandingannya dengan Logam ringan itu sekitar satu sampai tiga kali dari berat baja. Aluminium adalah sejenis logam yang setelah melalui beberapa proses, disusun menjadi lembaran tipis dengan ketebalan kurang ...
dari 0,2 mm, di Amerika 8 mils. Lembaran aluminium dengan ketebalan kurang dari 150 micron dinamakan foil. Aluminium foil adalah lapisan dari “alloy” yang mengandung 99.4 % aluminium. Aluminium foil dibuat dalam berbagai bentuk tergantung penggunaan atau hasil akhirnya. Aluminium foil bersifat rapuh dan kadang–kadang dijadikan laminasi plastik atau kertas untuk membuatnya lebih berguna. Beberapa sifat istimewa aluminium foil antara lain: lentur, fleksibel, mudah dibentuk sesuai fungsi kemasan, menarik perhatian pembeli, kedap udara, air dan lemak, bersih (hygiene), tidak beracun, tidak mempengaruhi rasa dan bau, dan bersifat membungkus objek atau produk. Aluminium foil juga merupakan penghantar panas yang baik untuk energi listrik dan penghangat ruangan. Adapun kekurangannya adalah dapat rusak karena pengaruh asam, garam dapur dan logam berat. Sebenarnya aluminium foil tahan terhadap pengaruh berbagai bahan kimia, tergantung dari campuran spesifik atau agent kimia yang terkandung di dalamnya dan kontak langsung dengan aluminium foil tersebut. Aluminium foil menggantikan fungsi kertas timah sejak pertengahan abad ke-20, karena kertas timah kurang fleksibel untuk dibentuk dan cenderung memberikan sedikit rasa timah pada produk yang dikemasnya, khususnya sebagai pembungkus bahan makanan. Meskipun demikian, saat ini pada umumnya masyarakat masih menggunakan istilah kertas timah untuk menyebut aluminium foil.
PENGGUNAAN ALUMINIUM FOIL Aluminium foil pertama kali digunakan pada tahun 1910 sebagai pembungkus tanaman. Penggunaan aluminium foil untuk pembungkus makanan pertama kali dilakukan di Amerika Serikat tahun 1913, yaitu untuk membungkus permen dan permen karet. Saat ini, sekitar 75% aluminium foil digunakan untuk kemasan makanan dan minuman, kosmetik dan berbagai produk kimia. Sisanya digunakan sebagai bahan aplikasi industri, seperti : kabel, alat – alat elektronik dan isolasi thermal. Uni Eropa memproduksi lebih kurang 800 ribu ton aluminium foil pertahun sedangkan Amerika Serikat memproduksi sekitar 600 ribu ton pertahun.Namun, secara umum tidak ada data pasti mengenai produksi aluminium foil dunia pertahun. Penggunaan aluminium foil untuk kemasan makanan dan minuman berfungsi sebagai barrier atau penghalang terhadap masuknya air atau oksigen dan cahaya, yang dapat menyebabkan terbentuknya lemak dan menimbulkan oksidasi makanan dan minuman, sehingga makanan atau minuman menjadi tengik, berbau tidak sedap, serta berubah tekstur dan rasanya. Aluminium foil juga melindungi makanan atau minuman dalam kemasan dari kelembaban dan bakteri berbahaya. Di samping itu, aluminium foil juga berfungsi untuk memperpanjang umur atau Lifetime produk minuman tertentu dan produk susu (kemasan aseptic) yang memerlukan penyimpanan dalam jangka waktu cukup lama tanpa proses pendinginan. Aluminium foil laminasi banyak digunakan untuk mengemas produk makanan dan tembakau yang sensitif terhadap kelembaban udara dan oksigen. Biasanya digunakan dalam bentuk kantong sachet dan tabung corong (tube). Wadah aluminium foil bisa digunakan untuk membungkus makanan atau kue yang dipanggang, untuk kemasan makanan cepat saji (saat dibawa pulang), untuk membungkus makanan yang disimpan di kulkas, untuk makanan ringan dan untuk membungkus makanan hewan peliharaan. Makanan yang akan dipanggang dibungkus dengan aluminium foil kemudian ditempatkan di atas pemanggang. Dalam hal ini, aluminium foil berfungsi untuk mencegah hilangnya kelembaban yang dapat mengakibatkan hilangnya rasa dan perubahan tekstur makanan menjadi kurang menarik. Aluminium foil bereaksi terhadap pengaruh medan listrik gelombang mikro microwave dengan membentuk titik–titik tajam aluminium sehingga membentuk lengkungan yang melindungi makanan di dalamnya. Namun, seiring perkembangan teknologi dan tuntutan pasar, teknologi microwave saat ini sudah disesuaikan untuk meminimalisir hal-hal tersebut, sehingga makanan dapat dipanaskan dalam wadah tanpa pembungkus aluminium foil. Metalized film atau film berlogam kadang–kadang diidentikkan dengan aluminium foil. Sebenarnya, metalized film adalah film polimer yang dilapisi dengan lapisan tipis aluminium. ISU LINGKUNGAN Penggunaan aluminium foil untuk industri secara besar–besaran mendapat kritik tajam aktifis pemerhati lingkungan. Hal ini terutama karena tingginya biaya penambangan aluminium dan konsumsi listrik yang digunakan untuk mengolah bauksit atau bijih besi. Belum lagi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat aktivitas penambangan dan pengolahannya. Sebenarnya biaya untuk kedua komponen tersebut dapat dikurangi melalui proses daur ulang. Proses daur ulang juga dapat mengurangi kebutuhan energi dalam proses transportasi dan tentu saja mengurangi kerusakan lingkungan. Hal ini tentu harus menjadi pertimbangan berbagai pihak terkait, mengingat besarnya manfaat aluminium foil sebagai pelindung makanan dalam waktu lama tanpa proses pendinginan. Beberapa produk aluminium foil dapat didaur ulang dan dapat menghemat sekitar 5% dari biaya asli energi atau biaya proses pembuatannya. Namun, banyak laminasi aluminium yang tidak dapat didaur ulang karena kesulitan dalam proses pemisahan komponen utama dan residu berkualitas rendah dari logam aluminium. Meskipun demikian, ada hal yang juga perlu mendapat perhatian, yaitu Pengaturan dan Pengawasan Standar Mutu yang dihubungkan dengan Standarisasi Nasional maupun Internasional, dimana diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara para penyedia bahan baku aluminium foil dengan pihak pengemas bahan pangan (industry atau produsen), konsumen, para ahli dan pemerintah, baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional. Hal ini sangat penting karena penggunaan kemasan berbahan dasar aluminium foil sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas bahan pangan yang dikemasnya, yang pada akhirnya berhubungan juga dengan penjaminan keamanan produk pangan yang dikonsumsi. .................... Selengkapnya terdapat pada majalah cetak&digital INDONESIA PRINT MEDIA edisi 105 Maret-April 2022 Info : )811808282 (WA)
|